menatap ruang ruang kosong
etalase kelam sebuah kota besar
udara masuk di jendela
sengaja dibuka karena pengap menghimpit dada
abu rokok berserakan tak ada irama
disini aku sendiri - sepi
berbaring terlentang
menganyam masa lalu
ada gambar buram yang suram tentang luka
ada yang binal menelanjangi setiap lekuk sukma ku yang asli
semua terbalut dalam satu garis lurus
tentang litani bahasa
sebuah kata yang paling mudah di ucap
tapi paling sulit untuk di konsepkan -cinta
tak terasa waktu menghantarkan ku pada mu
diantara kepulan asap rokok
kopi
lagu rindu menghujat bersama lolong anjing
dan tembok kamar jadi saksi bisu pada goresan yang lahir
berfoya kata kata ia
menerawangankan senandung
lelaki paruh baya kusam dan tak tahu malu
mungkin karena malu sudah lama tak diajarkan di bangku sekolah
- tak ada dalam kurikullum katanya
menari kegirangan ia
setiap titik di tata jadi garis membentuk rupa
melafalkan aroma tubuh
bunyi bunyi pun telanjang
tak sehelai pun jadi penghalang
pada lekuk tubuh mu yang tersimpan di jemari ku
rindu meradang
meraung raung di pelupuk mata
tetes air mata jatuh tak kuasa
kekasih ku
kusematkan nafas terakhir
tepat di jantung
menghujam naik dan turun
jika waktu habis mengerang
jangan pernah ucap selamat tinggal
karena yang lebih sarat dengan tanya
adalah apakah kita akan bertemu lagi....
amongraga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar