secangkir kopi dan setumpuk ide menari telanjang
berserakan di lantai, jendela, pintu ruang kusam lelaki jalang
seperti papan reklame di tiap jalan jalan kota besar
penanda ke angkuhannya
ia duduk sembarang kaki mengangkang
rokok terlentang di meja menantang
sedang abu nya ada di tiap pojokan ruang
di tiap tikungan, di tiap pasar, ditiap sudut hiruk pikuk manusia
tangan nya masih sibuk mengoreskan tinta
sesekali menggerayangi papan kunci
komputer tua dengan layar setengah
sebabnya setengah lagi hilang oleh para penjarah
masih seperti kemarin
terjebak dalam rutinitas pekerjaan
telepon berdering
"angkat...!!! kalau tidak ku pecat" bunyi nya lantang
mengangkangi labirin ruang
masih serperti kemarin
diruang yang sama
dimeja yang sama
menghadap jendela yang sama
lukisan besar dari sang maha pelukis
tiang tiang menjulang
menangkap langit tak bertepi
rimba yang bising dengan bunyi deru mesin
orang orang lalu lalang muka muka kusam
terjebak di rutinitas yang sama
inilah jakarta
ibu kota indonesia
nafas nya adalah sumpah serapah
bunyi jantungnya adalah uang
langkahnya cepat tak beraturan
karena aturan hanya tarik ulur kepentingan
hp berdering
"angkat....atau jangan pulang" bunyi nya halus
mengendus endus setiap inci tubuh ku
berhenti di selakangan
Jangan....
ayah masih ingin bercumbu dengan bunda
masih rindu setiap kecupnya
bagaimana itu meluluhkan setiap otot yang tegang
......
amongraga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar