Jumat, 01 Juli 2011

mantra mantri menari nari


Menatap kertas-kertas kosong terburai di lantai lemah tak berdaya, penuh dengan pahatan-pahatan sejarah tentang luka, amarah dan darah (tapi tak merah). Terkadang kertas-kertas kosong menari-nari lembut, halus dan gemulai menunggu untuk di selamatkan dari debu dan waktu.
Penanya ada di sebrang menantang, diam dan tajam.
Tubuh ku diam, bibir ku tersenyum halus ketika mata menangkap tarikan birahi di kedua tangan untuk membantu pena menjinahi kertas kosong yang memang masih perawan.
Ada langkah setan di jari ku, ia dengan sigap menerjang pena, menghujamkannya pada kertas, pelan tapi keras penuh dendam dalam, sangat dalam. Jemari ku ingin berdansa samba tapi pena ingin untuk goyang karawang. Terjadi tarik menarik keras membuahkan robekan kecil, manis karena centil. Sulit memang menguasai pena yang seperti nafsu libido tak tertahankan.
Dengan waktu jemari mulai bisa menguasai pena, sedikit tanggo dan salsa, kekiri dan kekanan, akhirnya jemari bermain main dengan pena. Irama di kangkangi oleh keduanya, perlahan demi perlahan. Jemari sangat bangga, kuda liar jantan akhirnya ada di dalam setiap nafas untuk bergemuruh, untuk mulai menulis kembali, untuk mengencani bidadari.
Mulai lah aku kembali bersetubuh dengan mimpi-mimpi dan harapan di lautan tak bertepi.
........

1 komentar:

  1. Waowww...,literer banget!. Like it muchhhhh..., keep up the good work dude and kasi copyright kalo perlu.

    BalasHapus